Di tengah derasnya arus modernisasi, masih ada kelompok masyarakat yang tetap teguh menjaga adat dan tradisinya. Salah satunya adalah Suku Kajang di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Masyarakat ini dikenal karena gaya hidup sederhana, menyatu dengan alam, dan komitmen kuat terhadap nilai-nilai leluhur.


Dua Kelompok: Kajang Dalam dan Kajang Luar

Suku Kajang terbagi menjadi dua:

  • Kajang Dalam (Ammatoa): memegang teguh adat istiadat, berpakaian serba hitam, dan menolak teknologi modern.
  • Kajang Luar: masih menghormati tradisi, namun lebih terbuka terhadap pengaruh luar dan teknologi.

Ciri Khas Kehidupan Suku Kajang Dalam

  • Pakaian Hitam: Melambangkan kesederhanaan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap alam.
  • Larangan Teknologi: Mereka tidak menggunakan kendaraan bermotor, listrik, atau alat elektronik.
  • Bahasa dan Adat: Menggunakan Bahasa Konjo, menjunjung tinggi prinsip Kamase-masea (hidup sederhana).
  • Hutan Adat: Hutan bagi mereka adalah warisan leluhur yang harus dilindungi. Tidak boleh ditebang sembarangan.

Kearifan Lokal yang Relevan di Era Modern

  1. Prinsip Kesederhanaan: Mengajarkan bahwa hidup bahagia tak selalu bergantung pada materi.
  2. Kelestarian Alam: Praktik konservasi hutan yang dilakukan secara turun-temurun relevan dengan isu perubahan iklim saat ini.
  3. Kehidupan Komunal: Gotong royong dan musyawarah masih menjadi dasar pengambilan keputusan, nilai yang mulai luntur di banyak tempat.
  4. Spiritualitas yang Mendalam: Hubungan manusia dengan alam dan pencipta dijaga melalui ritual dan etika adat.

Tantangan dan Harapan

Meski dihormati, komunitas Kajang menghadapi tantangan dari luar: tekanan pembangunan, eksploitasi hutan, dan pengaruh teknologi. Namun, mereka tetap menjadi contoh bahwa hidup seimbang dengan alam bukan hanya mungkin, tapi juga bermakna.